Investasi Untuk Elimiasi TBC, Selamatkan Bangsa

Investasi Untuk Elimiasi TBC, Selamatkan Bangsa

Menurut World Health Organization (Global TB Report, 2021), Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. Pada tahun 2020, terdapat 9.9 juta orang di dunia sakit TBC, dan 1,5 juta nyawa meninggal akibat penyakit TBC yang dapat dicegah dan diobati ini. Pandemi COVID-19 menyebabkan kemunduran progres TBC dunia, untuk pertama kalinya kematian TBC meningkat selama satu dekade pada tahun 2020. Sedangkan  penemuan kasus di dunia menurun 18% jauh seperti pada tahun 2012, dari 7.1 juta pada tahun 2019 menjadi 5.8 juta pada tahun 2020.

Merujuk pada Global TB Report WHO 2021, Indonesia merupakan negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi  ketiga  setelah  India dan Cina, yang berpenduduk lebih dari 1 Milyar. Saat ini Indonesia termasuk satu dari delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di dunia. Pada tahun 2020, diestimasikan terdapat 824.000 orang jatuh sakit dan 93.000 jiwa meninggal akibat TBC. Dari estimasi tersebut, pada tahun 2020 ditemukan sebanyak 384.025 kasus atau sekitar 47%. Capaian penemuan  kasus ini menurun 178.024 dari tahun 2019 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Situasi ini menjadi hambatan besar untuk merealisasikan target eliminasi TBC di tahun 2030. Angka kesembuhan TBC pun masih sub-optimal pada 82 persen,  di  bawah target global untuk angka keberhasilan pengobatan 90 persen. Sedangkan jumlah kasus TBC yang diobati dan dilaporkan ke SITB tahun 2021 sebanyak 356.957  kasus dengan cakupan  penemuan dan pengobatan (treatment coverage) sebesar 43% (target: 85%). Pasien TBC yang belum ditemukan dapat menjadi sumber penularan TBC di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di Indonesia.

Mengakhiri epidemi TBC menjadi salah satu target penting dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang harus dicapai bersama dengan tujuan- tujuan lainnya oleh suatu negara  untuk dapat sejahtera dan setara. 

Pentingnya TBC untuk dieliminasi juga karena:

  • TBC merupakan penyakit menular. Arus globalisasi transportasi dan migrasi penduduk antar negara membuat TBC menjadi ancaman serius
  • Pengobatan  TBC tidak mudah dan murah
  • TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan resistansi obat
  • TBC menular dengan mudah, yakni melalui  udara yang berpotensi menyebar di lingkungan  keluarga, tempat kerja, sekolah,  dan tempat umum lainnya.

Penyakit TBC tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi  masyarakat. Menjangkau setiap orang dengan TBC dan memastikan setiap pasien diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan. Sebagai salah satu upaya mewujudkan  Cakupan Kesehatan Semesta (Health for All), keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan  kolaborasi lintas sektor oleh   multi-pihak dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan. Setiap sektor mempunyai peran penting dan semua perlu mengambil bagian untuk menyukseskan target eliminasi TBC sebelum tahun 2030.

Saat ini sudah diterbitkan  Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC. Penerbitan  Perpres 67 tahun 2021 adalah penegasan kembali tentang komitmen Presiden dan sebagai acuan bagi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, serta Pemangku Kepentingan lainnya dalam melaksanakan Penanggulangan TBC. Selanjutnya,  dalam pertemuan   TB SUMMIT tahun 2021 telah dibahas keterlibatan multi-sektor dalam upaya eliminasi TBC. Pada pertemuan  tersebut pula telah dipaparkan kontribusi yang dikerjakan setiap Kementerian/Lembaga sesuai dengan amanat pada Perpres 67/2021.

Sebagai salah satu bentuk implementasi strategi nasional kelima dalam Perpres 67/2021 yaitu peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC maka Hari TBC Sedunia (HTBS) pada 24 Maret 2022 menjadi momen yang tepat untuk  mengajak keterlibatan multi-sektor. Tanggal ini ditetapkan oleh WHO dengan merujuk pada pertama kali Robert Koch menemukan bakteri TBC (Mycobacterium tuberculosis). Peringatan HTBS adalah kesempatan  untuk   meningkatkan  kampanye dengan  penyebarluasan  informasi terkait TBC serta mendorong semua pihak untuk terlibat aktif dalam pencegahan dan pengendalian TBC.

Dalam memperingati Hari TBC Sedunia dengan tema global “Invest  to End TB, Save Lives“, tema yang dipilih oleh Indonesia adalah tema yang berkaitan  dengan investasi untuk  TBC. Investasi yang dimaksud disini adalah investasi finansial dari pemerintah, sektor swasta, donor dan individu untuk menurunkan dampak ekonomi TBC yang selama ini menjadi tantangan. Selain investasi  dari segi finansial  namun  juga  termasuk upaya, tenaga,  jiwa,  cinta dan kasih sayang   untuk   upaya   penanggulangan TBC.

Dengan   mengambil   tema   ini   diharapkan hati setiap orang tergerak untuk menyadari pentingnya upaya sekecil apapun yang bahkan seorang individu lakukan untuk menanggulangi  TBC akan sangat bermakna demi pencapaian eliminasi TBC dan menyadari  bahwa upaya   eliminasi TBC bukan hanya tanggungjawab sektor kesehatan saja tetapi tanggungjawab semua sektor dan setiap individu yang ada.

Setiap orang harus memiliki  kesadaran untuk menerapkan perilaku pencegahan dan penanggulangan   TBC.   Salah satunya dengan deteksi dini status TBC dengan secara aktif memeriksakan diri apabila muncul gejala  TBC. Selain  itu juga baik masyarakat maupun tenaga kesehatan secara aktif melakukan pelaporan dan penemuan kasus apabila terdapat seseorang  yang bergejala  TBC di lingkungan  untuk dilakukan pemeriksaan atau Investigasi Kontak.

Setiap orang berisiko tertular bakteri TBC. Untuk itu, pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) penting untuk dilakukan khususnya  pada populasi  risiko  tinggi agar dapat memutus rantai penularan dan mencegah  timbulnya  kasus TBC baru serta menjaga orang yang sehat tetap sehat. TBC bukan hanya masalah  sektor kesehatan saja tetapi seluruh lintas sektor berperan penting dalam penanggulangan TBC di Indonesia. Maka dari itu seluruh lintas sektor  perlu untuk   menyatukan tekad dan memperkuat inovasi bersama dalam rangka mencapai  eliminasi  TBC tahun 2030 dan menyelamatkan bangsa !!!!.

Penulis : I Kadek Mulyawan,SKM,MPH (Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya Pada Dinas Kesehatan Provinsi NTB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *