Mengenal Nyamuk Penular Demam Berdarah

Mengenal Nyamuk Penular Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue atau DBD sudah menjadi penyakit yang umum di Indonesia. Masyarakat Indonesia seakan sudah terbiasa dengan datangnya penyakit ini karena memang penyakit demam berdarah selalu menjadi wabah setiap tahunnya.

Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Di Indonesia teridentifikasi ada 3 jenis nyamuk yang bisa menularkan virus dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutellaris.

Sebenarnya yang dikenal sebagai Vektor DBD adalah nyamuk Aedes betina. Perbedaan morfologi antara nyamuk Aedes aegypti yang betina dengan yang jantan terletak pada perbedaan morfologi antenanya, Aedes aegypti jantan memiliki antena berbulu lebat sedangkan yang betina berbulu agak jarang/ tidak lebat. Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber penular Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam.

Bagaimana Morfologi Nyamuk  Aedes sp?

  • Telur

Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai ± 6 bulan di tempat kering.

  • Jentik (larva)

Ada 4 tingkat (instar) jentik/larva sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:

  1. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
  2. Instar II : 2,5-3,8 mm
  3. Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
  4. Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

Pupa

Pupa berbentuk seperti ’koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva (jentik)nya. Pupa Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

  • Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.

Apa Saja Habitat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes sp

Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :

  1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
  2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas/ dispenser, talang air yang tersumbat, barang-barang bekas (contoh : ban, kaleng, botol, plastik, dll).
  3. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu dan tempurung coklat/karet, dll.

Bagaimana Perilaku Nyamuk Dewasa?

Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di permukaan air untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu, sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari makanan. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada hewan (bersifat antropofilik). Darah diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari.

Aktivitas menggigit nyamuk Aedes aegypti biasanya mulai pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap 48 darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk akan beristirahat pada tempat yang gelap dan lembab di dalam atau di luar rumah, berdekatan dengan habitat perkembangbiakannya. Pada tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di atas permukaan air, kemudian telur menepi dan melekat pada dinding-dinding habitat perkembangbiakannya.

Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ±2 hari. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak ±100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan ±6 bulan, jika tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus merupakan salah satu upaya dalam pencegahan DBD  yang dilakukan dengan 3 cara yaitu :

  • Secara fisik melakukan 3 M (Menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin, Menutup rapat semua tempat penyimpanan air, Memanfaatkan limbah barang bekas yang berilai ekonomis (daur ulang)),
  • Secara biologi dengan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk pada penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk dan
  • Secara kimiawi dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, serta menggunakan insektisida pada nyamuk dewasa.

Ketiga cara pengendalian tersebut efektif mengurangi populasi nyamuk jika dilakukan bersamaan. (Asti.P2P)

Sumber : Pedoman Pengendalian Demam Berdarah di Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *