Evaluasi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Haji Tingkat Provinsi NTB Tahun 2024

Evaluasi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Haji Tingkat Provinsi NTB Tahun 2024

Pelaksanaan kegiatan Evaluasi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Haji Tingkat Provinsi NTB yang diselenggarakan pada 12-13 September 2024 di Mataram sebagai upaya evaluasi atas kondisi-kondisi yang terjadi, baik di pra masa persiapan ibadah Haji, keberangkatan, pelaksanaan kegiatan selama di tanah suci dan saat kembali atau debarkasi, hingga 21 hari pasca kepulangan.

Hal ini disampaikan oleh Badarudin, S.Kep.,Ns.MM., selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi NTB dalam kegiatan yang diikuti perwakilan 10 Kabupaten/Kota se-NTB tersebut.

Kadinkes NTB, Dr. dr. Fikri, yang membuka kegiatan ini turut menjelaskan bahwa pengecekan tahap demi tahap dan lebih detail terkait kesehatan calon jamaah Haji sangat penting untuk meminimalisir hambatan saat ibadah Haji berlangsung.

“Upaya pencegahan menjadi penting untuk memastikan orang sehat harus tetap sehat, orang sehat jangan sampai sakit. Karena sekarang penyakit tidak menular (PTM) itu meningkat,” ungkapnya.

Beliau menambahkan, selain menghadapi penyakit menular dan tidak menular, saat ini kita juga menghadapi kasus gangguan jiwa yang meningkat, untuk itu edukasi tentang kesehatan mental tidak kalah penting. Menurutnya, banyak orang yang sebenarnya memiliki masalah kesehatan mental tapi tidak tahu bahwa dirinya mengalami masalah tersebut. Sehingga dalam jangka panjang, kesehatan mental yang buruk dapat memengaruhi kesehatan fisik.

Kabid P2P Dinkes NTB melanjutkan, berdasarkan hasil Evaluasi Haji tahun 2024, sebanyak 60% jamaah Haji berstatus berisiko karena didominasi oleh lansia. Selain itu, tahun ini banyak jamaah Haji yang mengidap Demensia yakni kondisi penurunan kemampuan berpikir dan ingatan seseorang yang umumnya terjadi pada lansia usia 65 tahun ke atas. Hal ini tentunya akan menghambat ibadah jamaah Haji yang mengalami penyakit tersebut.

Dilanjutkan, kurangnya SDMK juga menjadi masalah karena jumlah jamaah Haji yang mengalami dimensia meningkat, sehingga membuat Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) cukup kewalahan.

Terakhir Kabid P2P berharap melalui pertemuan ini dapat menjadi kesempatan untuk saling mengingatkan apa saja yang harus diperbaiki dan dilanjutkan demi penyelenggaraan Haji yang lebih baik di tahun depan.