Inovasi Melalui Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
Pelayanan kesehatan konvensional belum sepenuhnya dapat mengatasi semua masalah kesehatan. Perlu dikembangkan pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad) yang aman dan bermanfaat dalam upaya meningkatkan dan memperluas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Hal ini merupakan peluang bagi yankestrad untuk menjadi inovasi di fasyankes.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kamis (25/03/2021) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM., MARS menerima kunjungan Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes RI dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes beserta tim di Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Pada kunjungan kali ini juga dilakukan virtual meeting dengan seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Puskesmas di Provinsi NTB. Pertemuan membahas seputar pelayanan kesehatan tradisional integrasi, yang merupakan pengkombinasian antara pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Menurut Direktur Yankestrad, penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di puskesmas harus aman, bermanfaat, bermutu, sesuai dengan standar, terintegrasi paling sedikit dengan satu yankes konvensional yang ada di fasyankes (misalnya poli umum, KIA dsb) dan berfungsi sebagai pelengkap pelayanan konvensional. Konsep pengembangan pemanfaatan yankestrad di Puskesmas lebih ke arah promotif dan preventif meliputi kegiatan pelayanan kesehatan tradisional (akupunktur, akupresur, obat tradisional, pijat baduta dan hipnoterapi), kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok asuhan mandiri yankestrad, dan memiliki ruang terbuka hijau dalam bentuk Taman Obat Keluarga (TOGA).
Provinsi NTB dengan 5 juta jiwa penduduk dan fasilitas pelayanan kesehatan yang belum merata penyebarannya, merupakan peluang bagi pelayanan kesehatan tradisional. Hal ini disampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Beliau juga menyampaikan bahwa 50 % lebih puskesmas di Provinsi NTB telah memiliki Nakes yang terlatih kesehatan tradisional, baik akupresur, akupunktur, herbal maupun pembinaan asuhan mandiri kesehatan tradisional. Sedangkan untuk Rumah Sakit di Provinsi NTB, sudah memiliki beberapa dokter yang terlatih akupunktur namun baru dua Rumah Sakit yang membuka poli akupunktur, yaitu RSUD Provinsi NTB dan RSUD Dr. Soedjono Selong Lombok Timur. Diharapkan perlu adanya supervisi dari Dinas Kabupaten/Kota terkait pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional integrasi di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Pada virtual meeting kali ini juga dihadirkan seorang pakar obat herbal, Dr. Prapti Utami, M.Si yang menjelaskan mengenai TOGA yang digunakan untuk asuhan mandiri. Pada dasarnya tiap daerah memiliki ciri khas tanaman herbal masing-masing. Tanaman itulah yang dimanfaatkan dengan memperhatikan jenis tanaman, jumlah takaran, jadwal penggunaan dan cara mengolahnya. Provinsi NTB kaya akan tanaman herbal yang masih perlu kita pelajari dan manfaatkan lebih baik lagi.