Pelatihan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Masalah kesehatan ibu dan anak di provinsi NTB masih menyita perhatian. SDKI 2002 mencatat Angka Kematian Bayi Provinsi NTB sebesar 74 per 1000 kelahiran hidup, kemudian menurun tipis menjadi 72 per 1000 kelahiran hidup di 2007. Data SDKI 2012 menunjukkan adanya penurunan AKB yang bermakna, yaitu 57 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) telah dapat diturunkan dari 360 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi 251 per 100.000 kelahiran hidup. (SP-BPS, 2010). Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah peningkatan kapasitas tenaga bidan yang merupakan ujung tombak pelaksana program kesehatan ibu dan anak.
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi perlu di laksanakan upaya yang terpadu dalam menangani permasalahan dan penyakit yang terjadi pada masa hamil, bersalin, nifas dan bayi neonatus, khususnya dalam menangani kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatus. Maka dari itu di perlukan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sehubungan dengan hal tersebut maka Bapelkes bekerjasama dengan PD IBI Provinsi NTB menyelenggarakan Pelatihan Kewaspadaan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal (KKMN) untuk bidan fasyankes primer di Bapelkes Provnsi NTB dan dibuka secara resmi pada Senin 29 Maret 2021 oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, diwakili Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Wilya Isnaeni, SKM., MM.
Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya penanganan masalah kesehatan ibu dan anak di NTB, meskipun dalam masa pandemi Covid 19 saat ini. Tersedianya tenaga bidan yang professional, yang mampu mengatasi kegawat-daruratan maternal neonatal, merupakan upaya strategis untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat tersebut. ”Upaya peningkatan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan profesional yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh masyarakat, memerlukan adanya tenaga kesehatan yang ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan kegiatan pengamatan, pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat”. Beliau juga menekankan pentingnya penggunaan Buku KIA secara maksimal untuk merekam fase data ibu hamil, dari usia kehamilan masih muda sampai dengan bayi nya nanti lahir dan maksimal berumur 59 bulan (Balita).
Pada kesempatan yang sama Kepala Bapelkes Provinsi NTB, H. Ali Wardana, SKM.,M.Si dalam laporanya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ketua PD IBI Provinsi NTB yang telah mengadakan kerjasama dengan Bapelkes Provinsi NTB dalam menyelenggarakan pelatihan ini, dan mengharapkan agar kerjasama seperi ini terus di tingkatkan dalam rangka meningkatkan sumber daya kesehatan khususnya tenaga Bidan.
Pelatihan ini akan dilaksanakan dalam dua angkatan dengan metode pembelajaran dilaksanakan secara blended (50 JPL) yaitu metode klasikal atau tatap muka dan jarak jauh (distance learning) dengan zoom meeting, dimana sebelum dilakukan kegiatan secara tatap muka, peserta mengikuti protokol kesehatan dan diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan rapid antigen dengan hasil negatif.
Pelatihan Angkatan I dilaksanakan selama 6 hari (mulai tanggal 29 Maret s/d 3 April 2021) dengan peserta 24 orang bidan dari beberapa Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer di Provinsi NTB, dan menghadirkan Narasumber dari Tim RSUD Provinsi NTB, Poltekes Mataram dan Widyaiswara Bapelkes Provinsi NTB dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi dan ketrampilan peserta tentang penanganan kegawatdaruratan yang mengancam ibu dan bayi. Diharapkan setelah pelatihan ini peserta mampu mengidentifikasi kasus kasus kegawardaruratan maternal dan neonatal. Mampu menangani kasus kegawatdaruratan maternal neonatal di tingkat puskesmas, dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi di Provinsi NTB. (bpks-pis)
Editor : Reny Yuli Aspiani