PELATIHAN KOMPETENSI TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA (TKHI) EMBARKASI LOP/LOMBOK TANGGAL 5-9 MARET 2018

PELATIHAN KOMPETENSI TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA (TKHI) EMBARKASI LOP/LOMBOK TANGGAL 5-9 MARET 2018

Oleh : Mustika Hidayati, SKM.,M.Kes
WIDYAISWARA BAPELKES PROVINSI NTB

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia, maka peran Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dalam Kelompok Terbang (Kloter) yang langsung berhubungan dengan jamaah haji menjadi sangat penting dan strategis. Untuk mempersiapkan petugas atau tim TKHI yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan dalam kesehatan haji, maka diperlukan pelatihan TKHI yang sesuai dengan standar dan mutu.

Pelatihan TKHI merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petugas TKHI dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Secara umum, kompetensi petugas TKHI yang diharapkan terdiri dari; 1) kompetensi keahlian medis dan keperawatan, 2) sikap, perilaku, komunikasi dan kerjasama tenaga kesehatan haji dalam menjalankan tugas. Pelatihan TKHI menggunakan kurikulum dan modul yang disusun oleh Kementerian Kesehatan Cq. Badan PPSDM Kesehatan mengacu pada kompetensi TKHI yang ditetapkan oleh Puskeshaji.

Proses pelatihan akan berpusat pada peningkatan wawasan dan kompetensi terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik individual maupun tim  dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jemaah kelompok terbangnya serta tugas-tugas administrasi lainnya.

PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

A. Peran

Peserta pelatihan ini merupakan Tim Kesehatan Haji Indonesia yang dipersiapkan untuk menjadi Pembina, pelayan dan pemberi perlindungan kesehatan  terhadap  jemaah  haji  yang  didampingi di kloternya serta tugas-tugas administrasi di daerah asal Jemaah haji, di asrama embarkasi, selama diperjalanan baik di pesawat maupun di bus, selama tinggal di Arab Saudi sampai kembali lagi ke asrama debarkasi.

B. Fungsi

Keberadaan tenaga kesehatan di Kloter adalah menjalankan fungsi pengamanan (back-up) kesehatan jemaah haji dari dampak perjalanan ritual  ibadah haji,  semenjak dari daerah asal Jemaah haji  hingga Debarkasi.

Sepanjang perjalanan haji, diharapkan TKHI mampu: (a) mengelola segenap faktor risiko kesehatan yang dihadapi jemaah haji secara terpadu (integrated manage care), (b) menopang (support, antisipatif- preventif) kondisi kesehatan jemaah haji, dan (c) mengendalikan kejadian penyakit (terutama penyakit menular).

C. Kompetensi

Untuk menjalankan peran dan fungsinya di atas, maka TKHI harus memiliki kompetensi di bawah ini :
1. Dokter

  1. Menerapkan etika pelayanan kesehatan haji
  2. Mengendalikan kejadian penyakit di kloter
  3. Melakukan pelayanan medik
  4. Menerapkan komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan haji
  5. Mengembangkan jejaring kerja dalam pelayanan kesehatan haji
  6. Melakukan Pencatatan  dan  Pelaporan  elektronik  dan   manual dalam  pelayanan kesehatan haji

2. Perawat

  1. Menerapkan etika pelayanan kesehatan haji
  2. Mengendalikan kejadian penyakit di kloter
  3. Melakukan asuhan keperawatan jemaah haji
  4. Menerapkan komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan haji
  5. Mengembangkan jejaring kerja dalam pelayanan kesehatan haji
  6. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan elektronik dan manual dalam pelayanan kesehatan haji

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Umum

  Tujuan pelatihan adalah agar setelah mengikuti pelatihan peserta mampu memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jamaah haji kelompok terbang yang didampinginya serta tugas-tugas administrasi mulai dari asrama embarkasi, selama perjalanan, selama di Arab Saudi sampai tiba kembali di asrama debarkasi sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.

B. Khusus

Setelah menyelesaikan pelatihan ini, peserta mampu:

  1. Menerapkan Etika Pelayanan Kesehatan Haji
  2. Mengendalikan Kejadian Penyakit di Kloter
  3. Melakukan Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
  4. Menerapkan Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
  5. Mengembangkan Jejaring Kerja dalam Pelayanan Kesehatan Haji
  6. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Manual dan Elektronik dalam Pelayanan Kesehatan Haji

ALUR PROSES PELATIHAN DAN PROSES PEMBELAJARAN

A. Alur Proses Pelatihan

B. Proes Pembelajaran

Tahap I

  • Pembukaan

           Dalam  proses  pembukaan  diharapkan  peserta  mendapatkan informasi tentang latar belakang perlunya pelatihan

   

  • Building Learning Commitment = Membangun Komitmen belajar

           Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta agar dapat mengikuti proses pelatihan dengan baik, kegiatannya antara lain:

  1. Perkenalan antara peserta dengan para fasilitator dan panitia serta perkenalan antar peserta, melalui permainan.
  2. Mendiskusikan kebutuhan / harapan, kekhawatiran dan solusi dari peserta selama pelatihan
  3. Menyepakati norma kelas.
  4. Membentuk struktur kelas

    

  • Pengisian pengetahuan/wawasan
  1. Kebijakan  dan  Dinamika  penyelenggaraan  kesehatan  haji Indonesia dan Ta’limatul Hajj Kerajaan Arab Saudi
  2. Peran dan tugas TKHI pendamping kloter

Tahap II

Tahap II diberikan pengalaman belajar mengenai keterampilan spesifik yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya.

  • Pengisian keterampilan
  1. Etika Pelayanan Kesehatan Haji
  2. Pengendalikan kejadian penyakit di kloter
  3. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan jemaah haji (kelas terpisah antara dokter dan perawat pada teori dan bergabung kembali pada saat praktik )
  4. Komunikasi Efektif dalam pelayanan kesehatan haji
  5. Pengembangan jejaring kerja dlm pelayanan kes. haji
  6. Pencatatan dan pelaporan Elektronik dan Manual

      

Tahap III

Tahap III diberikan tambahan pengetahuan mengenai Kapita Selekta dan Anti Korupsi.

Tahap IV Aplikasi

        Membangun kerjasama tim  dengan pembagian sesuai dengan profesinya.

        Mengaplikasikan   dalam   bentuk   simulasi   kerja   pelayanan kesehatan  di  kloter  dengan  memecahkan  kasus  dan permasalahan kesehatan yang akan terjadi selama melayani     jemaah haji.

      

Tahap V

  • Evaluasi

          Pada tahapan evaluasi ini ada dua jenis yang dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. Evaluasi yang dilakukan tiap hari dengan cara mereview kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran  selanjutnya.  Disamping  itu  juga  dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta berdasarkan penilaian penampilan peserta, baik dikelas maupun di lapangan.
  2. Evaluasi untuk mengukur  kemampuan peserta pelatihan dilakukan melalui uji komprehensif, uji kompetensi dan penilaian sikap sebagai berikut:
  3. Uji komprehensif merupakan uji tulis yang terdiri dari materi inti secara komprehensif sesuai dengan kurikulum.
  4. Uji kompetensi  merupakan  uji  praktik  kompetensi  medis atau keperawatan yang diintegrasikan dengan etika dan kemampuan komunikasi dalam memberikan pelayanan kepada   jamaah   haji   sesuai   dengan   kurikulum.   Uji kompetensi dilaksanakan dalam bentuk studi kasus kepada tim kloter. Penilaiannya bersifat individu.
  5. Penilaian sikap merupakan penilaian kedisiplinan dan prakarsa  peserta  pelatihan  melalui  observasi  yang dilakukan   secara peer review antar teman sejawat  dan oleh   pengendali   pelatihan   dan/atau   pelatih selama proses pelatihan berlangsung

    

  • Penutupan

Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.

C. Metode Pembelajaran

Metode Pelatihan ini berdasarkan pada prinsip:

  1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang  terkait  dengan  tugas  yang  akan  dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan, memberikan kesempatan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar atas pengalaman (learning by experience)

        

  1. Peran serta  aktif  peserta  (active learner participatory) sesuai dengan pendekatan pembelajaran.
  2. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi interaktif.

Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran di antaranya adalah:

  1. Ceramah singkat dan tanya jawab
  2. Curah pendapat, untuk penjajagan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait dengan materi yang akan diberikan
  3. Penugasan berupa:  diskusi  kelompok,  latihan,  studi  kasus, peragaan, bermain peran dan simulasi

      

PESERTA DAN FASILITATOR

A. Peserta :

Berjumlah 30 orang yang terdiri dari kualifikasi tenaga:

  • Dokter (10 orang)
  • Perawat (20 orang)

Kriteria peserta adalah yang telah dinyatakan lulus dalam tahapan seleksi rekruitmen peserta pelatihan kompetensi TKHI oleh Pusat Kesehatan Haji.

B. Fasilitator

  1. Tenaga kesehatan yang telah memiliki pengalaman bertugas di Arab Saudi atau,
  2. Fasilitator yang telah mengikuti TOT TKHI atau,
  3. Tenaga  pengelola  program  kesehatan  haji  dan  tenaga Pengelola Diklat SDM Kesehatan atau,
  4. Widyaiswara dan/atau  tenaga  profesional  kesehatan  yang menguasai substansi materi pelatihan TKHI.

C. Pengendali Pelatihan

Pengendali  diklat  adalah  orang  yang  mengendalikan  proses belajar mengajar dalam kegiatan pelatihan TKHI mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan pelatihan.

Dengan persyaratan sebagai berikut:

  • Memiliki pengalaman menjadi petugas haji atau
  • Mampu membuat kerangka acuan pelatihan atau
  • Menguasai materi secara garis besar, atau
  • Pernah mengikuti pelatihan MOT, atau
  • Pernah mengikuti Training of Trainer (TOT) TKHI.

EVALUASI  HASIL  PEMBELAJARAN

  1. Peserta

 Berdasarkan Rekapitulasi hasil  Ujian Komprehensif diperoleh hasil sbb  :

Ujian Komprehensif Dokter Perawat Total
Rata-rata 41 (67,83) 32 (53,33) 35 (58,11)
Tertinggi 46 (76,67) 39 (65,00) 46 (76,67)
Terendah 35 (58,33) 25 (41,67) 25 (41,67)

 Sedangkan berdasarkan rekapitulasi hasil  ujian kompetensi diperoleh hasil sbb :

Ujian Kompetensi Rata-rata Tertinggi Terendah
Etika 78,08 94,67 68,33
Yanmed/Keperawatan 85,43 95,50 82
Komunikasi 84,05 95 75
Semua Aspek 79,36 89,30 73,39

Kriteria nilai :

90-100 : Sangat baik

75-89   : Baik

60-74   : Cukup

<60     : Kurang

   

  1. Fasilitator

Rata-rata penilaian fasilitator sangat baik (diatas nilai 85,00). Tertinggi 87,72 dan terendah 85,74

  1. Metode dan Alat Bantu Pembelajaran

Metode dan alat bantu/media pembelajaran sesuai dengan kurikulum, namun ada kendala pada mikrofon yang tersedia kurang bagus sehingga mengganggu proses pembelajaran terutama pada saat  sesi tanya jawab dan roleplay kasus.  

  1. Struktur Program

 Struktur program materi dasar, materi inti maupun penunjang  menunjang  seharusnya berjumlah 56 JPL  dan tidak dikurangi 6 JPL ( etika : 1 JPL. Komunikasi 2 JPL dan Asuhan Medik/Keperawata  3 JPL) untuk Ujian Kompetensi. Pada kenyataannya alokasi untuk Etika adalah  4 JPL ( T : 1 JPL dan P: 3 JPL ) dan materi Asuhan Medik/Keperawatan dialokasikan 8 JPL (T: 1 JPL dan P : 7 JPL) serta Komunikasi efektif 7 JPL (t: 1 JPL dan P : 6 JPL). Pengurangan JPL ini mengakibatkan  pada pembahasan kasus hanya menampilkan 1 kasus saja yang di presentasikan/diperagakan. 

Pada materi Pencatatan dan pelaporan perlu ada pendampingan dari fasilitator daerah, mengingat kemampuan peserta  dalam menggunakan aplikasi online tidak sama dalam penguasaan tehnologi, sehingga ada pembimbingan  secara intensif pada saat praktek.

Perlu ada materi tambahan (muatan lokal) yang sangat terkait  dengan pelayanan kesehatan haji seperti Akupresure bagi jemaah haji (integrasi dengan program kesehatan tradisional)

Saran :

  1. Struktur Program perlu penambahan Jam Pelajaran sebanyak 6 JPL untuk ujian kompetensi, dengan perincian 1 JPL untuk materi etika,  3 JPL untuk materi Asuhan Medik/Keperawatan dan 2 JPL untuk materi  Komunikasi Efektif sehingga   menjadi 56 JPL ( T : 17 JPL, P : 33 JPL dan PL : 6 JPL)
  2. Untuk materi Pencatatan dan Pelaporan Manual dan Elektronik agar mengikutsertakan fasilitator lokal yang pernah bertugas sebagai TKHI .
  3. Perlu ada materi tambahan (muatan lokal) seperti Akupresure bagi jemaah haji yang merupakan bagian dari  program  pelayanan kesehatan tradisional yang sangat membantu TKHI dalam melaksaaan tugas  dan  memberikan pelayanan  kesehatan  kepada jemaah haji.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *