Pelatihan Petugas Monitor Studi Pemantauan Temperatur

Imunisasi adalah cara yang baik untuk menjaga kesehatan anak dengan maksimal. Dengan melakukan imunisasi, maka anak pun akan terhindar dari berbagai macam penyakit serta mencegah adanya penularan penyakit berbahaya dari orang lain sehingga risiko mendapatkan kecacatan atau kematianpun akan jauh menurun.

Proses pengiriman dan penyimpanan vaksin yang benar adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya pembekuan vaksin. Beberapa jenis vaksin seperti Pentavalent, Prevenar dan vaksin kombinasi lainnya, jika terpapar beku dapat mengakibatkan disasosiasi antigen dari ajuvan dan menurunkan potensi imunologis. WHO menyatakan bahwa vaksin tidak boleh terpapar temperatur beku dan jika sampai terjadi maka vaksin tidak boleh dipergunakan lagi. Temperatur vaksin harus tetap dijaga antara 2°C dan 8°C. Hingga saat ini sistem distribusi vaksin belum mempunyai sistem pendataan yang menggambarkan bahwa benar vaksin selalu disimpan pada temperatur antara 2°C dan 8°C.

Peralatan pendingin yang tidak terawat atau ketinggalan zaman, kepatuhan yang kurang terhadap prosedur pemantauan rantai dingin, dan pemahaman yang kurang tentang bahaya pembekuan vaksin merupakan hal-hal yang dapat membuat vaksin tidak selalu tersimpan pada temperature yang disarankan. Hal ini dapat menyebabkan vaksin disimpan pada suhu<2°C atau >8°C tanpa disengaja oleh petugas. Pentingnya menjaga temperature vaksin pada temperatur antara 2°C dan 8°C penting untuk selalu disampaikan kepada petugas kesehatan, agar  perhatian fokus untuk mencegah kerusakan vaksin akibat pembekuan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Kesehatan Provinsi NTB bekerjasama dengan CHAI menyelenggarakan Pelatihan Petugas Studi Monitor Studi Pemantauan Temperatur pada Selasa, 27 Juli 2021 yang dilakukan secara online melalui zoom meeting.

Peserta Pelatihan Petugas Studi monitor dari Kemenkes (Koordinator Studi Temperature, Binwil NTB), Kabid P2P, Kasie P2M, Koordinator Imunisasi, Penanggung jawab cold chain (Petugas Studi Monitor) Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Kabid P2P dan Penanggung jawab program cold chain Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Kepala Puskesmas dan RS, Penanggung Jawab Imunisasi RS, Pengelola Program Imunisasi/Cold Chain Puskesmas dan RS, dengan narasumber dari Subdit Imunisasi dan CHAI.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS, dalam sambutannya menyampaikan bahwa hingga saat ini sistem distribusi vaksin belum mempunyai sistem pendataan yang menggambarkan bahwa benar vaksin selalu disimpan pada temperatur antara 2°C dan 8°C.  Oleh karena itu sangat penting menjaga suhu penyimpanan vaksin yang baik dan benar dapat menjaga kualitas vaksin  dan dapat menurunkan kejadian ikutan pasca imunisasi.

Selanjutnya beliau juga menyampaikan terimakasi kepada Clinton Health Access Initiative Access Initiative (CHAI) yang  memfasilitasi Pertemuan Pelatihan Petugas Studi Monitor Studi Pemantauan Temperatur di Provinsi NTB,  Semoga Pertemuan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan output yang berguna untuk meningkatkan program imunisasi . Dengan adanya kegiatan ini diharapkan  petugas studi monitor di setiap level mengetahui tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan selama pelaksanaan studi pemantauan temperature, dapat memperlakukan kotak vaksin studi 1 dan kotak vaksin studi 2 sesuai dengan protocol studi serta meningkatkan kapasitas petugas studi monitor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *