Pelatihan Tenaga Mikroskopis Malaria

Malaria adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung parasit Plasmodium. Penyakit ini mendapat perhatian WHO dengan membangun gerakan Roll Back Malaria (RBM), salah satu butir pelaksanaannya adalah diagnosis dini dan pengobatan yang tepat untuk eradikasi malaria.

Penyakit malaria di Indonesia dilaporkan tersebar di seluruh kepulauan nusantara, salah satunya Provinsi NTB. Dari 10 kabupaten/kota di Provinsi NTB, baru 3 (tiga) kabupaten/kota yang dinyatakan eliminasi malaria pada tahun 2014 yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah dan Kota Bima.

Salah satu cara untuk menekan tingkat morbiditas dan mortalitas malaria adalah ketepatan diagnosis dan pengobatannya. Manifestasi klinis demam malaria sering tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain, sehingga menyulitkan para klinisi untuk menegakkan diagnose malaria. Selain itu, terapi untuk masing-masing spesies tidak sama dan sangat tergantung penemuan parasitnya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis dan ketepatan pengobatannya.

Kemampuan seorang mikroskopis malaria sangat menentukan temuan parasit malaria. Walaupun pemeriksaan malaria tergolong mudah dan murah, akan tetapi kesalahan diagnosis mikroskopik sangat mungkin terjadi karena kurangnya keterampilan atau pengalaman pemeriksanya. Penguatan laboratorium pemeriksaan malaria agar lebih berkualitas dilakukan juga melalui pengembangan jejaring dan pemantapan mutu laboratorium mikroskopik termasuk peralatan dan tenaganya baik di Puskesmas maupun RS. Dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga mikroskopik, maka Dinas Kesehatan Provinsi mengadakan “Pelatihan Bagi Tenaga Mikroskopik Malaria” dari tanggal 29 s.d. 31 Mei 2017 di Hotel Lombok Garden. Pelatihan dibuka oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan bahwa Provinsi NTB adalah salah satu provinsi yang berhasil dalam pengendalian malaria dengan Annual Paracite Insidence (API) dibawah 1%. Beliau juga menekankan bahwa peran tenaga mikrospokopik sangat penting dalam penegakan diagnosa malaria, sehingga diharapkan peserta serius mengikuti pelatihan agar keterampilan peserta dalam pemeriksaan laboratorium malaria semakin meningkat.

Peserta pelatihan berjumlah 30 peserta yang merupakan tenaga laboratorium di Puskesmas, dan RS serta Cross Cheker di Dinas kabupaten/kota Se-NTB. Fasilitatornya berasal dari Balai Laboratorium Kesehatan, Pengujian dan Kalibrasi (BLKPK) Mataram yang telah mengikuti TOT dan pelatihan malaria sebanyak 3 orang. Sedangkan narasumbernya berasal dari Subdit Malaria Dirjen P2P Kemenkes RI dan Kepala Bidang P3KL. Beberapa poin penting yang menjadi rencana tindak lanjut setelah pelatihan  :

  • Crosscheker kabupaten kota melakukan sosialisasi yang intens ke semua Puskesmas sesuai wilayah kerja masing-masing dan melibatkan organisasi seperti PATELKI terutama dalam meningkatkan kualitas tenaga mikroskopis

  • RS kabupaten/kota melakukan sosialisasi perubahan form pemeriksaan dan pasien yang positif malaria yang dinyatakan sembuh oleh RS dilakukan follow up oleh petugas Puskesmas terdekat

  • Puskesmas melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota masing-masing apabila terjadi mutasi petugas mikroskopis dan hal-hal lainnya yang terkait dengan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria

  • Puskesmas membuat perencanaan kebutuhan logistik untuk pemeriksaan sesuai kebutuhan standar pemeriksaan mikroskopis dan mengusulkan ke kepala Puskesmas agar dialokasikan biaya transportasi untuk kegiatan kunjungan lapangan petugas mikroskopis melalui sumber dana yang tersedia di Puskesmas

Foto Kegiatan :