PERTEMUAN KOORDINASI LS/LP DALAM RANGKA PENCAPAIAN PROGRAM HIV AIDS DAN PIMS
PERTEMUAN KOORDINASI LS/LP DALAM RANGKA
PENCAPAIAN PROGRAM HIV AIDS DAN PIMS
Mataram, 16 Maret 2017
Secara global diperkirakan ada 37 juta orang dengan HIV AIDS pada tahun 2015, dan ada sekitar 2,1 juta orang terinfeksi baru dan 1,1 juta meninggal karena AIDS. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan bulan September tahun 2016, kasus HIV AIDS di Indonesia mengalami peningkatan, walaupun telah dilakukan upaya pengendalian yang strategis dan progresif. Kasus tersebut tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh (34) provinsi di Indonesia.Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 1987 sampai dengan September 2016 sebanyak 219.036 orang sedangkan AIDS sebanyak 82.968 orang.
Kasus HIV/AIDS di Provinsi NTB sampai secara kumulatif sejak tahun 1992 sampai dengan Desember 2016 dilaporkan jumlah kumulatif kasus HIV sebanyak 559 kasus dan kasus AIDS sebanyak 725 kasus total kasus 1284 kasus. dengan kasus terbanyak pada golongan umur 25-29 th sebanyak 352 kasus. Profesi yang tertinggi pada wiraswasta : 269 kasus , selanjutnya kasus pada IRT sebanyak 235 kasus dan selebihnya profesi lainnya (hampir semua profesi ada terlaporkan) Menurut jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan walaupun tidak jauh berbeda, kasus HIV/AIDS Laki-laki 768 (59.81%) Perempuan : 516 (40.19%),dengan faktor risiko heteroseksual :68.15%, homoseksual: 10,59%, IDUS : 12,54% Perinatal : 5.53% darah donor 0,39% sedangkan sisanya tidak diketahui faktor risikonya. Lebih dari itu, semua kabupaten/kota di NTB sudah pernah melaporkan ditemukannya kasus baik yang masih stadium I (HIV positif) maupun sudah stadium lanjut (AIDS).
Sementara itu, secara global, diperkirakan tiap tahun terdapat 357 juta infeksi baru IMS. Di Indonesia, dari laporan rutin diketahui masih tingginya IMS terutama sifilis dan gonorrhea pada populasi kunci yaitu Wanita Pekerja Seks (WPS), Lelaki seks Lelaki (LSL), dan Waria. Kedua infeksi tersebut saling berhubungan dan diperlukan upaya yang komprehensif.
Dalam rangka upaya pencegahan dan pengendalian program HIV AIDS dan IMS secara komprehensif dan terintegrasi perlu dukungan kebijakan yang bersifat komprehensif dan terintegrasi guna mencapai tujuan “3 Zeros”, yaitu zero new infection (menurunnya jumlah kasus baru HIV, serendah mungkin), zero AIDS related death (menurunnya angka kematian AIDS), zero stigma and discrimination (Menurunnya tingkat diskriminasi serendah mungkin), dan peningkatan kualitas hidup ODHA.
Keterlibatan semua lintas sektor maupun lintas program dalam rangka mendukung pencapaian 3 Zeros sangat dibutuhkan untuk itu dilaksanakan Pertemuan Koordinasi LS/ LP dalam rangka Pencapaian Program HIV AIDS dan PIMS yang dilaksanakan pada 13 -16 Maret 2016 bertempat di Hotel Grand Legi Mataram.
Tujuan pertemuan tersebut adalah : (1) mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan ; (2) meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas layanan di masyarakat, meningkatkan cakupan, dan retensi, serta mengurangi stigma dan diskriminasi. (3) meningkatkan jaminan kesinambungan dan linkage antara komunitas dan layanan kesehatan; (4) Meningkatkan akses layanan baik dari sisi geografis, finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan populasi kunci (5) mengidentifikasi kebutuhan, kesenjangan, serta kolaborasi dan koordinasi lintas bidang/ sektor ; (6) Adanya rencana tindak lanjut untuk melakukan set up layanan di kabupaten/kota yang masih kurang.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp. A. Dalam sambutannya Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB menekankan upaya pencegahan dan pengendalian program HIV AIDS dan IMS perlu dukungan kebijakan yang bersifat komprehensif dan terintegrasi guna mencapai tujuan “3 Zeros” tersebut serta keterlibatan semua lintas sektor maupun lintas program dalam rangka mendukung pencapaian 3 Zeros sangat diperlukan. Kegiatan tersebut selanjutnya diisi dengan penyampaian materi oleh narasumber dari Subdit HIV AIDS dan PIMS Kemenkes RI serta narasumber provinsi serta presentasi dari peserta pertemuan.
Hasil pertemuan tersebut disepakati bahwa lintas sektor dan lintas program meningkatkan kegiatan sosialisasi HIV AIDS sesuai dengan tupoksi masing-masing, kabupaten/kota melaksanakan identifikasi /pemetaan populasi kunci, meningkatkan kegiatan kolaborasi internal (ANC terpadu. TB HIV, Hepatitis) dan eksternal melalui kegiatan mobile klinik pada populasi kunci serta diharapkan kabupaten/kota memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat melalui Strategi SUFA-TOP. (Strategic Use of ARV)- Temukan Obati dan Pertahankan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS dan PIMS di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Editor : Sugeng W.
Galeri Foto :