Upaya Tanggulangi Kanker Leher Rahim, Dinkes NTB Selenggarakan Pendampingan Deteksi Dini di 10 Kab/Kota
Upaya penanggulangan kanker diselenggarakan secara komprehensif dan terintegrasi melalui pendekatan sistem berbasis bukti, salah satunya melalui pendampingan “Edukasi dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IV-A HPV DNA” yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB pada 19 hingga 30 Agustus 2024 di 10 kabupaten/kota se-NTB.
Program deteksi dini kanker leher rahim dengan metode HPV DNA ini merupakan metode baru, sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi di tingkat kabupaten/kota serta pemantauan secara terus menerus dalam pelaksanaannya.
Sasaran dari deteksi dini kanker leher rahim adalah perempuan usia 30 tahun sampai dengan 69 tahun yang mempunyai riwayat hubungan seksual. Jumlah sasaran deteksi dini kanker leher rahim dengan metode DNA HPV di Provinsi NTB untuk tahun 2025 adalah 30% dari perempuan usia 30 – 69 tahun atau sekitar 38.413 sasaran. Pelaksanaan deteksi dini dilakukan secara masif di 10 kabupaten kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan studi, diketahui bahwa 99,7% kanker leher rahim berhubungan dengan Human Papilloma virus (HPV), yang merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Pada tahap stadium awal, kanker biasanya tidak menimbulkan keluhan ataupun gejala. Kondisi ini seringkali menyebabkan seseorang tidak menyadari jika dirinya sudah menderita kanker sehingga saat datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, pendertia cenderung berada dalam kondisi stadium lanjut dengan penanganan yang akan lebih sulit.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan upaya yang efektif demi mencegah peningkatan insidensi, morbiditas, dan kematian dini akibat kanker, termasuk melalui upaya pencegahan dengan skrining dan deteksi dini.
Melalui kegiatan pendampingan “Edukasi dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IV-A HPV DNA” ini, upaya penanggulangan kanker tidak hanya terbatas ditujukan kepada penderita kanker saja, melainkan terhadap populasi yang masih sehat maupun yang sudah berisiko.