TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS JADI UJUNG TOMBAK KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA (15/8) – Di hadapan tenaga kesehatan Teladan Nasional Tahun 2018 Menteri Kesehatan mengingatkan peran tenaga kesehatan sebagai ujung tombak  kesehatan masyarakat. Jadi tidak boleh ada lagi tenaga kesehatan yang hanya menunggu pasien di fasilitas pelayanan kesehatan namun harus mendatangi keluarga. Hal ini tentunya sejalan dengan program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Jumlah penderita penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, hipertensi merupakan beberapa jenis penyakit masih cukup tinggi. Sehingga kami harapkan dengan keaktifan tenaga kesehatan mendatangi keluarga akan mampu mencegah peningkatan jumlah penderita dan diharapkan puskesmas dapat menekan jumlah rujukan ke rumah sakit.

Untuk itu Menkes mengingatkan kembali para tenaga kesehatan teladan terpilih tahun ini untuk terus aktif dan berinovasi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Di tahun 2018 ini sebanyak 163 tenaga kesehatan puskesmas dari 34 provinsi di Indonesia menerima penghargaan sebagai tenaga kesehatan tingkay nasional. Mereka mewakili 9 kategori tenaga kesehatan antara lain dokter/dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kefarmasian, analisis kesehatan, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan ahli tenaga laboratorium medik.

Pemberian penghargaan ini diselenggarakan di Ballroom Binakarna Hotel Bidakara Jakarta Selatan.

Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukormas, Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-7245517-72797302, faks: 021-7398852 atau alamat e-mail humas_bppsdmk@yahoo.com

Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Cegah PTM dengan Rutin Cek Kesehatan

Semarang, 28 Agustus 2017

Dahulu, ada mitos mengatakan bahwa bahwa memiliki perut buncit sebagai tanda kemakmuran. Padahal kenyataannya, memiliki lingkar pinggang besar (perempuan > 80 cm dan pria > 90 cm) merupakan salah satu risiko penyakit tidak menular (PTM).

Fenomena saat ini, jumlah PTM menggeser penyakit menular di pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi akibat perubahan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, contohnya kurang aktivitas fisik atau kurang konsumsi buah dan sayur.

”PTM sebenarnya bisa dicegah dengan kebiasaan pola hidup sehat”, tutur Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga Biro Komunikasi Kemenkes RI, Indra Rizon, SKM, M.Kes, pada pembukaan kegiatan Temu Blogger Kesehatan di Semarang, Senin pagi (28/8).

Permasalahan penyakit tidak menular harus diatasi sejak di hulunya. Menurut ndra, bila tidak diatasi, berapapun anggaran kesehatan akan tetap habis terserap untuk biaya penanggulangan PTM yang sangat besar.

”Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya preventif dan promotif melalui GERMAS yang saat ini berfokus pada kegiatan perbanyak makan buah dan sayur, rajin aktifitas fisik, dan cek kesehatan secara berkala”, ujarnya.

Selaras dengan hal tersebut, Wakil ketua perhimpunan ahli penyakit dalam indonesia (PAPD), Dr. dr. Ari Fachrial Syam, Sp.PD, K-GEH, menekankan bahwa pencegahan PTM perlu dilakukan sedini mungkin. Fokusnya adalah jangan sampai muncul tanda atau gejala PTM.

”Kalau sudah muncul nyeri sendi, nyeri dada, dan gejala PTM lainnya, sudah terlambat sebenarnya. Sudah muncul tanda dan gejala itu artinya faktor risiko sudah berlangsung sejak lama”, tutur dr. Ari.

Pada kesempatan tersebut, dr. Ari juga menyatakan bahwa penyakit tidak menular seringkali muncul diam-diam, tanpa gejala, namun tetap menyimpan potensi bahaya yang luar biasa. Karena itulah, PTM dijuluki silent killer.

Untuk itu, kita harus peka terhadap apakah sebenarnya tubuh kita sudah memberikan sinyal sebelum termanifestasi berupa tanda atau gejala. Untuk menangkap sinyal tersebut, dapat dilakukan melalui cek kesehatan secara berkala.

”Rutinkan menimbang berat badan, ukur lingkar perut, cek tekanan dan gula darah”, imbuhnya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, MPH, dan Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Tidak Menular Dinkes Prov Jawa Tengah, Arvian Nevi, SKM, DEA.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat emailkontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Nusantara Sehat, 347 Nakes Siap Ditempatkan di Daerah Terpencil

Jakarta, 23 Agustus 2017

Sekretaris Jenderal Kemenkes RI dr. Untung Suseno Sutarjo menandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian Kesehatan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota tentang Komitmen Penempatan Tim Nusantara Sehat (NS) Angkatan Kedua Tahun 2017 (Batch 7), di Jakarta (23/8).

Menkes RI Prof. Nila F Moeloek mengatakan nusantara sehat ini bukan hanya untuk mengobati tapi mengubah perilaku masyarakat agar sadar akan kesehatan. Menolong orang hamil terutama di daerah terpencil.

”Daerah pinggiran ini bukan seperti di kota. Geografisnya betul-betul menangtang, seperti jembatan yang terbuat dari tali dengan aliran sungai yang deras. Tapi mereka harus terus melayani kesehatan,” kata Menkes dalam sambutannya pada penandatanganan MoU antara Kemenkes dan 33 bupati/kota terkait penempatan tim NS, Rabu (23/8) di Jakarta.

Pada batch 7 ini sebanyak 347 Nakes akan ditempatkan di 19 provinsi, 33 kabupaten/kota dan 60 Puskesmas. Mereka terdiri dari 11 Dokter, 8 Dokter Gigi, 61 Perawat, 59 Bidan, 37 Tenaga Kesehatan Masyarakat, 49 Tenaga Kesehatan Lingkungan, 38 Ahli Teknologi Laboratorium Medik, 39 Tenaga Gizi, dan 45 Tenaga Teknis Kefarmasian.

Rencananya tim NS akan diberangkatkan ke lokasi penugasan pada Minggu (27/8). Mereka akan ditempatkan di Puskesmas dengan kriteria terpencil atau sangat terpencil di DTPK di seluruh wilayah Indonesia selama 2 tahun.

Sasaran program NS adalah terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan standar di Puskesmas di DTPK, serta terwujudnya penguatan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan di Puskesmas.

Pada 2015 Kemenkes telah menempatkan 694 Nakes yang tersebar di 15 provinsi, 48 kabupaten/kota dan 120 Puskesmas.

Pada 2016 ditempatkan 728 Nakes di 27provinsi, 73 kabupaten dan 131 Puskesmas. Sedangkan pada Angkatan Pertama tahun ini (batch 6) Kemenkes telah menempatkan 347 orang di 18 provinsi, 40 kabupaten dan 60 Puskesmas.

Dalam pelaksanaan program ini, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menjamin keselamatan dan keamanan peserta, menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas tempat tinggal yang layak, menerbitkan Surat Izin Praktik (SIP) untuk peserta Penugasan Khusus Nakes, dan membiayai petugas dalam rangka penjemputan dan pengantaran peserta Penugasan Khusus Nakes.

”Kami mendukung bagaimana sarana dan prasarana dari fasilotas kesehatan bisa kita penuhi agar bisa bekerja dengan mkasimal,” tambah Menkes

Selain itu, lanjut Menkes, mohon pada bupati dan walikota agar memperhatikan kesehatan, karena kesehatan adalah hal utama agar mereka bisa berpendidikan.

Upaya Capai Bonus Demografi

Saat ini, proyeksi populasi Indonesia mencapai lebih dari 250 juta orang. Indonesia diindikasikan akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020 sampai tahun 2035. Jumlah penduduk usia produktif saat itu akan mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Hal tersebut jadi peluang Indonesia untuk menjadi negara maju. Di sektor kesehatan, Bonus demografi harus disikapi melalui program bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga dapat terhindar dari bencana demografi.

Indikasi bencana demografi yang mungkin terjadi yakni, penurunan angka kelahiran tidak sebanding dengan peningkatan umur harapan hidup. Dampaknya, beban tanggung usia produktif semakin meningkat, selain itu, terjadinya pergeseran pola penyakit dari menular ke tidak menular.

Menkes mengajak pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, bersama pemerintah pusat saling beriringan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program yang inovatif, sehingga apa yang dicita-citakan bersama dapat terwujud.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Sumber : Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia